Friday, November 30, 2012

KUNJUNGAN BUPATI PIDIE KE SMKN BEUNGGA


Hari ini selasa tanggal 27 november 2012 di SMKN 1 Beungga Kecamatan Tangse kedatangan tamu terhormat. Tamu yang sudah sangat lama dirindukan masyarakat Beungga terutama para pemuka atau para tokoh di kemukiman Beungga khususan Bapak Mukim, Bapak Kepala Sekolah, dewan guru dan siswa siswi SMKN 1 Beungga

Sekolah SMK Negeri 1 Beungga sudah berdiri sejak 4 tahun silam dan sudah menelurkan tamatan satu angkatan belum pernah kedatangan tamu terhormat itu, mungkin karena lokasi sekolah SMK Negeri 1 Beungga yang terletak agak terisolir berjarak 700 meter dari jalan Beureunuen-Tangse KM 30 Kemukiman Beungga arah ke kanan jalan dengan tanjakan yang cukup membuat orang malas untuk mendakinya.

Hal ini juga yang mungkin selama ini membuat para pejabat di Kabupaten Pidie enggan mampir ke sekolah kami, apalagi di musim hujan seperti sekarang ini. Jangankan para pejabat, siswa maupun siswi satu persatu mundur teratur dari sekolah ini karena tidak sanggup menaklukkan “bukit saban” ini saban hari. Ada juga yang sehari hadir 2 hari alpa, ada juga yg sudah sekian lama tak hadir kemudian muncul lagi. Bahkan ada yg menghilang tak tahu rimbanya.

Sekolah kami terdiri dari dua jurusan, prodi agribisnis tanaman pangan dan hortikultura (ATPH) dan prodi perikanan. Prodi ATPH setiap tahun mengalami peningkatan dalam hal kehilangan siswa, artinya siswa semakin lama semakin sedikit bahkan prodi perikanan sudah 2 tahun tidak ada siswa. Mungkin tahun depan prodi ini tidak perlu ditutup sebab siswanya memang sudah tidak ada lagi dan kepada guru produktif yang mengajar di prodi perikanan sudah merdeka artinya pensiun sebelum diangkat. Hehehe

 Fenomena inilah yang membuat kami sesama guru, siswa dan kepala sekolah tidak ketinggalan komite sekolah yang merangkap sebagai kepala Mukim Beungga yang kebetulan juga sebagai pendiri sekolah ini tak henti hentinya memikirkan dan melakukan segala cara menurut kapasitasnya masing masing untuk menebar sejuta pesona agar sekolah kami makin lama semakin diminati walau kenyataannya tak seindah harapan. Setelah melakukan berbagai upaya tebar pesona tersebut yang mungkin mungkin saja belum maksimal, kami mulai menemukan masalah kenapa semakin lama sekolah kami bukan semakin ramai oleh canda tawa siswa siswi bergelut dengan pelajaran dan praktik di bukit saban ini justru siswa siswi gugur “syahid” satu per satu.

Diantara kami ada yang berpendapat bahwa kita kurang promosi, ada yang berpendapat kurang mutu, kurang guru, kurang sarana dan prasarana seperti alat alat praktik, buku buku yang sesuai dan mencukupi, lahan praktik yang tidak seberapa, pagar yang masih bisa ditembus hama babi, tidak ada listrik, kelangkaan air terutama pada saat musim kemarau sehingga kalau siswa siswi kebelet pipis harus menuruni jurang berjumpa dengan sang kali nun jauh di sana. Jauh dari jalan raya sehingga jika perlu sebuah pulpen harus menempuh 700 meter menuruni bukit dan mendaki kembali sejauh 700 meter yang sering terjadi adalah hanya menuruni saja dan tak sanggup mendaki lagi dan berdiam diri di warung kopi terdekat atau kembali ke rumah.

Dari sekian prediksi kami satu alasan yang membuat kami sepakat bahwa kemunduran tersebut disebabkan bukan dari tanjakan bukit saban dengan kemiringan dibeberapa tempat mencapai 35 derajat, bukan dari semak belukarnya yang tumbuh subur yang kadang membuat anak takut melintas, bukan juga karena banyaknya babi hutan yg berkeliaran tapi bentuk jalan yang belum teraspal sehingga siswa siswi harus menambat kedaraannya di bawah kaki bukit kemudian “cruk ngon tapak” ke sekolah yang dilengkapi dengan sandal begitu juga dewan guru terutama para ibu guru terpaksa menjinjing sepatu berhak tinggi seperti habis belanja ke pasar saja kelihatannya.

 Lebih parah lagi jika kondisi sedang hujan hubungan guru dengan siswa siswi semakin romantis saja. Hari ini guru marahan dengan siswa siswi besok udah baikan lagi makanya kami di sekolah antara guru dan siswa siswi seperti berteman saja apalagi guru gurunya yang masih muda ditambah lagi siswa siswi pun ada yang sudah agak menua. Wuiihh semakin heppi heppii saja kami, tidak terasa tanjakan bukit cot saban mampu kami lalui setiap hari dengan tegar. Walau sesekali kami kesal juga karena jalan aspal yang kami rindukan tak kunjung datang sementara dari surat edaran yang diteken sekda yang tertempel di dinding sekolah kami seharusnya sudah 2 tahun yang lalu sudah terealisasi bahkan tahun lalu jatah jalan di sekolah kami entah diserobot entah lupa tapi kami mencoba berbaik sangka mungkin mereka salah lokasi ketika membangunnya niatnya sekolah kami.

Hanya beberapa orang saja dari ibu guru yg bermental baja dan terutama kami bapak bapak guru tiap hari dengan penuh hati hati mendaki gunung cot saban di iringi sesekali jeritan siswi yang melengking karena melihat kami yang hampir jatuh dari kendaraan yang kami tunggangi (bukan kendarai) karena selain jalan yang licin akibat kikisan aliran air hujan juga bongkahan batu cadas yang tajam. Bahkan hampir sama rata kami para guru pernah jatuh dan tersungkur di tanah tidak terkecuali kepala sekolah juga pernah terjun bebas ke jurang, bahkan saya sendiri pernah “rhet rante” Honda dan karisma dilengkapi ban trail yang saya tunggangi meluncur ke belakang dan untung waktu itu ada Pak Karim, (penjaga sekolah) cepat menangkapnya sehingga saya selamat.

Inilah cerita kami setiap hari dan sudah berlangsung 4 tahun.

Alhamdulillah pada hari ini tanggal 27 November 2012 kami kedatangan Bapak Bupati Pidie meninjau langsung sekolah kami. Ini adalah berkat usaha orang orang tua kami terutama Bapak Kepala Sekolah, Bapak Komite sekolah yang merangkap sebagai Kepala Mukim dan merangkap juga sebagai pendiri sekolah ini beserta Bapak Camat bahkan pang sagoe beungga beserta anak buahnya, yang sudah berhasil meyakinkan Bapak Bupati untuk percaya bahwa jauh diatas bukit saban yang berjarak 700 meter dari jalan hitam ada sebuah “padepokan” berdiri dengan anggun bersahaja, tempat kami mengukir cerita setiap hari. Melaksanakan Proses Belajar Mengajar dengan “sedikit terpaksa” bersabar diri dan menjalaninya dengan tulus iklas.

 Walau pun kunjungan Bapak Bupati hanya sekejab karena masih banyak agenda lain di Kecamatan Tangse, kami merasa puas sekali sebab kami guru selama ini tidak tahu lagi cara menjawab pertanyaan siswa begini, ”pak, kapan Bapak Bupati Datang” sebab bukan “haba bo beh” kami guru sudah beberapa kali bersama anak anak gotong royong membersihkan dan memoles sekolah agar tampak lebih menarik menanti kedatangan Bapak Bapak pejabat dari Pusat Kabupaten datang namun tak kunjung datang sampai sampai anak anak kecewa berat dan ada beberapa siswa yang shok dan pitam dan jatuh ke tanah bukan karena menunggu datang Bapak Bupati tapi karena tidak makan pagi ke sekolah dan terkulai saat apel pagi yang agak lama berdiri. hehehe

Tidak bermaksud memperpanjang cerita sebab saya yakin para pembaca sudah mulai bosan, hari ini kami puas sekali dan anak anak juga mengungkapkan begitu, mereka sangat senang menyaksikan Bapak Bupati yang mungkin selama ini mereka cuma melihat beliau di Koran dan televisi. Mudah-mudahan segala yang dibutuhkan di sekolah kami dapat terealisasi dengan nyata ditahun depan seperti yang dijanjikan oleh Bapak Bupati hari ini. Jalan dengan jarak 700 meter di aspal, lahan praktik diperluas dengan anggaran 200 juta, Pagar sekolah akan dibangun agar hasil panen dari praktik siswa tidak hanya dinikmati oleh babi hutan yang berdomisili di sini, pengangkatan guru menjadi PNS (walau Bapak Bupati diam ketika hal tersebut ditanyakan oleh Bapak Mukim dan dipertegas oleh Kepala sekolah akan kebutuhan mendesak guru guru PNS tapi tradisi kami disini mengartikan diam berarti setuju) dan sarana dan prasarana lain untuk kemajuan smk negeri 1 Beungga tercinta.

Kami juga bersyukur hari ini turun hujan lumanyan lebat yang membuat Bapak Bupati agak lama menanti hujan reda dan mendengarkan unek unek kami di bukit saban yang menjadi saksi bisu janji janji Bapak Bupati kepada kami hari ini. Bahkan diantara kami sempat mendoakan agar hujan turun lebih deras agar Bapak Bupati lebih lama lagi bersama kami yang sudah sangat lama merindukan kedatangan beliau.

Dan Alhamdulillah nyali para pejabat itu yang tidak berani mendaki bukit saban mungkin karena takut mobil mewahnya tergores batu cadas membuat mereka pada hari ini benar benar bisa merasakan apa yang sudah 4 tahun kami rasakan ketika kami melangkah ke sekolah SMK Negeri 1 Beungga, bahkan ada yang mandi keringat, ada juga yang mengatakan “hari ini kami benar benar sehat karena keluar keringat banyak sekali” ada juga yang ngos ngosan, ada juga yang tersenyum senyum sendiri entah apa yang terpikirkan olehnya. Yang jelas hari ini adalah hari yang indah sekali bagi kami.

Kami juga menyampaikan permintaan maaf khususnya kepada Bapak Bupati dan jajarannya yang kebetulan hadir disekolah kami hari ini atas sikap kami yang tidak pada tempatnya, bahasa kami mungkin yang tidak sesuai dengan budaya Bapak Bapak disana, dan terutama kami mohon maaf sebesar besarnya karena tidak bisa menjamu Bapak Bapak kecuali dengan air putih saja berhubung kami baru dapat informasi Kedatangan Bapak baru tadi Pagi tapi yakinlah kami sebenarnya ingin sekali potong kambing menyambut Bapak Bapak dari pusat kabupaten dan kita makan bersama di atas bukit saban nan indah ini.

Terima kasih atas kunjungan Bapak Bupati dan jajarannya yang mau singgah ke sekolah kami yang masih serba kekurangan ini dan semoga Allah memberi kesanggupan kepada Bapak Bapak untuk merealisasi apa yang telah Bapak Bapak sampaikan kepada kami pada hari ini

Selamat jalan Bapak Bupati semoga Bapak dapat kembali ke tempat dengan selamat. Doa kami mengiringi Bapak. Dan semoga Bapak dapat mengingat kami disini selama mungkin dan kalau bisa janganlah melupakan kami disini selamanya. Terutama ingat ke jalan yang kemiringannya mencapai 35 derajat yang membuat Bapak Bapak mengucurkan keringat banyak sekali.

Assalamualaikum wr wb


No comments:

Post a Comment