Hari ini selasa tanggal 27 november 2012 di SMKN 1 Beungga Kecamatan Tangse kedatangan tamu terhormat. Tamu yang sudah sangat lama dirindukan masyarakat Beungga terutama para pemuka atau para tokoh di kemukiman Beungga khususan Bapak Mukim, Bapak Kepala Sekolah, dewan guru dan siswa siswi SMKN 1 Beungga
Sekolah SMK Negeri 1 Beungga sudah berdiri sejak 4 tahun silam dan sudah menelurkan tamatan satu angkatan belum pernah kedatangan tamu terhormat itu, mungkin karena lokasi sekolah SMK Negeri 1 Beungga yang terletak agak terisolir berjarak 700 meter dari jalan Beureunuen-Tangse KM 30 Kemukiman Beungga arah ke kanan jalan dengan tanjakan yang cukup membuat orang malas untuk mendakinya.
Sekolah SMK Negeri 1 Beungga sudah berdiri sejak 4 tahun silam dan sudah menelurkan tamatan satu angkatan belum pernah kedatangan tamu terhormat itu, mungkin karena lokasi sekolah SMK Negeri 1 Beungga yang terletak agak terisolir berjarak 700 meter dari jalan Beureunuen-Tangse KM 30 Kemukiman Beungga arah ke kanan jalan dengan tanjakan yang cukup membuat orang malas untuk mendakinya.
Hal
ini juga yang mungkin selama ini membuat para pejabat di Kabupaten Pidie enggan
mampir ke sekolah kami, apalagi di musim hujan seperti sekarang ini. Jangankan
para pejabat, siswa maupun siswi satu persatu mundur teratur dari sekolah ini
karena tidak sanggup menaklukkan “bukit saban” ini saban hari. Ada juga yang
sehari hadir 2 hari alpa, ada juga yg sudah sekian lama tak hadir kemudian
muncul lagi. Bahkan ada yg menghilang tak tahu rimbanya.
Sekolah
kami terdiri dari dua jurusan, prodi agribisnis tanaman pangan dan hortikultura
(ATPH) dan prodi perikanan. Prodi ATPH setiap tahun mengalami peningkatan dalam
hal kehilangan siswa, artinya siswa semakin lama semakin sedikit bahkan prodi
perikanan sudah 2 tahun tidak ada siswa. Mungkin tahun depan prodi ini tidak
perlu ditutup sebab siswanya memang sudah tidak ada lagi dan kepada guru
produktif yang mengajar di prodi perikanan sudah merdeka artinya pensiun
sebelum diangkat. Hehehe
Fenomena
inilah yang membuat kami sesama guru, siswa dan kepala sekolah tidak
ketinggalan komite sekolah yang merangkap sebagai kepala Mukim Beungga yang
kebetulan juga sebagai pendiri sekolah ini tak henti hentinya memikirkan dan
melakukan segala cara menurut kapasitasnya masing masing untuk menebar sejuta
pesona agar sekolah kami makin lama semakin diminati walau kenyataannya tak
seindah harapan. Setelah melakukan berbagai upaya tebar pesona tersebut yang
mungkin mungkin saja belum maksimal, kami mulai menemukan masalah kenapa
semakin lama sekolah kami bukan semakin ramai oleh canda tawa siswa siswi
bergelut dengan pelajaran dan praktik di bukit saban ini justru siswa siswi
gugur “syahid” satu per satu.
Diantara
kami ada yang berpendapat bahwa kita kurang promosi, ada yang berpendapat
kurang mutu, kurang guru, kurang sarana dan prasarana seperti alat alat
praktik, buku buku yang sesuai dan mencukupi, lahan praktik yang tidak
seberapa, pagar yang masih bisa ditembus hama babi, tidak ada listrik,
kelangkaan air terutama pada saat musim kemarau sehingga kalau siswa siswi
kebelet pipis harus menuruni jurang berjumpa dengan sang kali nun jauh di sana.
Jauh dari jalan raya sehingga jika perlu sebuah pulpen harus menempuh 700 meter
menuruni bukit dan mendaki kembali sejauh 700 meter yang sering terjadi adalah
hanya menuruni saja dan tak sanggup mendaki lagi dan berdiam diri di warung
kopi terdekat atau kembali ke rumah.
Dari
sekian prediksi kami satu alasan yang membuat kami sepakat bahwa kemunduran
tersebut disebabkan bukan dari tanjakan bukit saban dengan kemiringan
dibeberapa tempat mencapai 35 derajat, bukan dari semak belukarnya yang tumbuh
subur yang kadang membuat anak takut melintas, bukan juga karena banyaknya babi
hutan yg berkeliaran tapi bentuk jalan yang belum teraspal sehingga siswa siswi
harus menambat kedaraannya di bawah kaki bukit kemudian “cruk ngon tapak” ke
sekolah yang dilengkapi dengan sandal begitu juga dewan guru terutama para ibu
guru terpaksa menjinjing sepatu berhak tinggi seperti habis belanja ke pasar
saja kelihatannya.
Lebih
parah lagi jika kondisi sedang hujan hubungan guru dengan siswa siswi semakin
romantis saja. Hari ini guru marahan dengan siswa siswi besok udah baikan lagi
makanya kami di sekolah antara guru dan siswa siswi seperti berteman saja
apalagi guru gurunya yang masih muda ditambah lagi siswa siswi pun ada yang
sudah agak menua. Wuiihh semakin heppi heppii saja kami, tidak terasa tanjakan
bukit cot saban mampu kami lalui setiap hari dengan tegar. Walau sesekali kami
kesal juga karena jalan aspal yang kami rindukan tak kunjung datang sementara
dari surat edaran yang diteken sekda yang tertempel di dinding sekolah kami
seharusnya sudah 2 tahun yang lalu sudah terealisasi bahkan tahun lalu jatah
jalan di sekolah kami entah diserobot entah lupa tapi kami mencoba berbaik
sangka mungkin mereka salah lokasi ketika membangunnya niatnya sekolah kami.
Hanya
beberapa orang saja dari ibu guru yg bermental baja dan terutama kami bapak
bapak guru tiap hari dengan penuh hati hati mendaki gunung cot saban di iringi
sesekali jeritan siswi yang melengking karena melihat kami yang hampir jatuh
dari kendaraan yang kami tunggangi (bukan kendarai) karena selain jalan yang
licin akibat kikisan aliran air hujan juga bongkahan batu cadas yang tajam.
Bahkan hampir sama rata kami para guru pernah jatuh dan tersungkur di tanah
tidak terkecuali kepala sekolah juga pernah terjun bebas ke jurang, bahkan saya
sendiri pernah “rhet rante” Honda dan karisma dilengkapi ban trail yang saya
tunggangi meluncur ke belakang dan untung waktu itu ada Pak Karim, (penjaga
sekolah) cepat menangkapnya sehingga saya selamat.
Inilah
cerita kami setiap hari dan sudah berlangsung 4 tahun.
Alhamdulillah
pada hari ini tanggal 27 November 2012 kami kedatangan Bapak Bupati Pidie
meninjau langsung sekolah kami. Ini adalah berkat usaha orang orang tua kami
terutama Bapak Kepala Sekolah, Bapak Komite sekolah yang merangkap sebagai
Kepala Mukim dan merangkap juga sebagai pendiri sekolah ini beserta Bapak Camat
bahkan pang sagoe beungga beserta anak buahnya, yang sudah berhasil meyakinkan
Bapak Bupati untuk percaya bahwa jauh diatas bukit saban yang berjarak 700
meter dari jalan hitam ada sebuah “padepokan” berdiri dengan anggun bersahaja, tempat
kami mengukir cerita setiap hari. Melaksanakan Proses Belajar Mengajar dengan
“sedikit terpaksa” bersabar diri dan menjalaninya dengan tulus iklas.
Walau
pun kunjungan Bapak Bupati hanya sekejab karena masih banyak agenda lain di
Kecamatan Tangse, kami merasa puas sekali sebab kami guru selama ini tidak tahu
lagi cara menjawab pertanyaan siswa begini, ”pak, kapan Bapak Bupati Datang”
sebab bukan “haba bo beh” kami guru sudah beberapa kali bersama anak anak
gotong royong membersihkan dan memoles sekolah agar tampak lebih menarik
menanti kedatangan Bapak Bapak pejabat dari Pusat Kabupaten datang namun tak
kunjung datang sampai sampai anak anak kecewa berat dan ada beberapa siswa yang
shok dan pitam dan jatuh ke tanah bukan karena menunggu datang Bapak Bupati
tapi karena tidak makan pagi ke sekolah dan terkulai saat apel pagi yang agak
lama berdiri. hehehe
Tidak
bermaksud memperpanjang cerita sebab saya yakin para pembaca sudah mulai bosan,
hari ini kami puas sekali dan anak anak juga mengungkapkan begitu, mereka
sangat senang menyaksikan Bapak Bupati yang mungkin selama ini mereka cuma
melihat beliau di Koran dan televisi. Mudah-mudahan segala yang dibutuhkan di
sekolah kami dapat terealisasi dengan nyata ditahun depan seperti yang
dijanjikan oleh Bapak Bupati hari ini. Jalan dengan jarak 700 meter di aspal,
lahan praktik diperluas dengan anggaran 200 juta, Pagar sekolah akan dibangun
agar hasil panen dari praktik siswa tidak hanya dinikmati oleh babi hutan yang
berdomisili di sini, pengangkatan guru menjadi PNS (walau Bapak Bupati diam
ketika hal tersebut ditanyakan oleh Bapak Mukim dan dipertegas oleh Kepala
sekolah akan kebutuhan mendesak guru guru PNS tapi tradisi kami disini
mengartikan diam berarti setuju) dan sarana dan prasarana lain untuk kemajuan
smk negeri 1 Beungga tercinta.
Kami
juga bersyukur hari ini turun hujan lumanyan lebat yang membuat Bapak Bupati
agak lama menanti hujan reda dan mendengarkan unek unek kami di bukit saban
yang menjadi saksi bisu janji janji Bapak Bupati kepada kami hari ini. Bahkan
diantara kami sempat mendoakan agar hujan turun lebih deras agar Bapak Bupati
lebih lama lagi bersama kami yang sudah sangat lama merindukan kedatangan
beliau.
Dan
Alhamdulillah nyali para pejabat itu yang tidak berani mendaki bukit saban
mungkin karena takut mobil mewahnya tergores batu cadas membuat mereka pada
hari ini benar benar bisa merasakan apa yang sudah 4 tahun kami rasakan ketika kami
melangkah ke sekolah SMK Negeri 1 Beungga, bahkan ada yang mandi keringat, ada
juga yang mengatakan “hari ini kami benar benar sehat karena keluar keringat
banyak sekali” ada juga yang ngos ngosan, ada juga yang tersenyum senyum
sendiri entah apa yang terpikirkan olehnya. Yang jelas hari ini adalah hari
yang indah sekali bagi kami.
Kami
juga menyampaikan permintaan maaf khususnya kepada Bapak Bupati dan jajarannya
yang kebetulan hadir disekolah kami hari ini atas sikap kami yang tidak pada
tempatnya, bahasa kami mungkin yang tidak sesuai dengan budaya Bapak Bapak
disana, dan terutama kami mohon maaf sebesar besarnya karena tidak bisa menjamu
Bapak Bapak kecuali dengan air putih saja berhubung kami baru dapat informasi
Kedatangan Bapak baru tadi Pagi tapi yakinlah kami sebenarnya ingin sekali
potong kambing menyambut Bapak Bapak dari pusat kabupaten dan kita makan
bersama di atas bukit saban nan indah ini.
Terima
kasih atas kunjungan Bapak Bupati dan jajarannya yang mau singgah ke sekolah
kami yang masih serba kekurangan ini dan semoga Allah memberi kesanggupan
kepada Bapak Bapak untuk merealisasi apa yang telah Bapak Bapak sampaikan
kepada kami pada hari ini
Selamat
jalan Bapak Bupati semoga Bapak dapat kembali ke tempat dengan selamat. Doa
kami mengiringi Bapak. Dan semoga Bapak dapat mengingat kami disini selama
mungkin dan kalau bisa janganlah melupakan kami disini selamanya. Terutama
ingat ke jalan yang kemiringannya mencapai 35 derajat yang membuat Bapak Bapak
mengucurkan keringat banyak sekali.
Assalamualaikum
wr wb
No comments:
Post a Comment