Kamis,
14 Januari 2016
1 HST
Populasi tanaman padi yang di
akan di tanam adala sebanyak 5520 anakan yang dibagi 20 batang anakan per
netpot(lubang tanam) sebanyak 276 netpot yang dibagi kepada 2 model penyinaran.
model pertama penyinaran penuh sebanyak 23 netpot dengan 4 kali pengulangan
yaitu sebanyak 92 netpot atau 1840 batang. model kedua, sebanyak 184 netpot
atau 3680 batang. penentuan model ini adalah karena letak media tanam yang
sudah ada. karena dana terbatas percobaan awal ini dirasa cukup karena
targetnya adalah mengamati pertumbuhan dan karakterisik tanaman padi jika
dibudidayakan secara hidroponik berikut mencoba memberanikan diri untuk
membandingkan hasil produksi dengan sisim penanaman padi secara konvensional.
Bibit diseleksi
berdasarkan ukuran yang sama dan saya tidak berharap keluar anakan baru,
jika keluar pun akan di pangkas karena hanya batang utama saja yang akan kita
pelihara sampai panen agar bulir padi yang dihasilkan matang serentak dan tidak
jauh berbeza.
Nutrisi yang akan saya gunakan
adalah khusus nutrisi untuk padi produk dari salah satu perusahaan yang
memproduksi nutrisi hidroponik yang berlokasi di Jogyakarta (belum minta izin
share) dengan dosis 3,2 s/d 3,5 EC.
Tanaman padi di atas
telah berumur sebulan dan insyaAllah dua bulan berikutnya panen.
Dalam sistim budidaya tanaman secara hidroponik masa awal pertumbuhan vegetatif
bisa dilakukan tanpa menunggu panen tanaman yang lebih dulu ditanam, artinya
dapat dilakukan dalam wadah lain di tempat yang terpisah begitu tanaman lama
panen maka kekosongan gully dapat langsung di isi di hari itu juga bahkan
sangat mungkin dapat dipadu dalam satu gully yang sama yang diatur sedemikian
rupa secara selang seling antara tanaman yang akan dipanen dengan tanaman yang
baru disemai atau masih masa pertumbuhan vegetatif.
Keistimewaan dalam budidaya
tanaman secara hidroponik ini dapat menghemat waktu sehingga memungkinkan padi
panen 4 sampai 5 kali panen per tahun, sehingga biaya besar di awal yang
dikeluarkan dalam teknik budidaya secara hidroponik dapat tertutupi dengan
banyaknya panen pertahun dan balik modal hanya dalam setahun saja.
Selain itu bertanam padi
secara hidroponik otomatis sudah meng-cancel alias meng-delete alias
"menggorok leher" biaya yang membuat pusing petani setiap tahun
berupa
1. biaya traktor sehingga jika
seluruh indonesia menerapkan ini traktor traktor bisa dijual kilo-an sebagai
besi tua.
2. biaya pembuatan
persemaian
3. biaya olah tanah
4. biaya tanam
5. biaya irigasi
6. biaya penyiangan
7. biaya panen
8. biaya angkut, karena tidak
dipanen sekaligus jadi tidak membutuhkan jasa pengangkutan missal
9.
biaya threser alias mesin perontok, silahkan di jual kilo-an saja thresernya dan
pengusaha yang memproduksi threser silahkan beralih ke produksi barang lainnya
sebelum anda bangkrut dll.
Kelemahan sistim budidaya
tanaman padi secara hidroponik ini hanya 2, modal awal yang relatif besar dan
menciptakan pengangguran baru seperti
1. petani gurem akan mati
gantung diri karena kehilangan pekerjaannya karena pemilik sawah akan kelola
sendiri tanpa perlu membuka dasi alias bisa bertani sambil
berdasi.
2. pemilik traktor merugi
karena sudah gak laku lagi
3. ibu-ibu miskin yg selama
ini menawarkan jasa tanam padi dan penyiangan akan kehilangan mata pencahariannya
dan sudah tak bisa membuat petani rugi lagi.
4. irigasi yang dibuat dengan
uang negara yang ber trilyun trilyun itu akan mubazir
5. bapak-bapak yang profesinya
bukan tani yang biasanya pada waktu panen padi menawarkan jasa pemotongan padi
juga sudah tidak bisa membuat lagi petani merugi dan negara yang memproduksi
mesin pemotong padi juga akan bangkrut tiba-tiba.
6. anak-anak remaja yang
biasaya pada masa panen menawarkan jasa angkut padi sudah idak bisa beli
baju baru lagi dengan hasil upah angkut padi dan lagi-lagi petani
tidak perlu menyumbangkan baju baru buat
mereka lagi. by by
7. pemerintah akan kehilangan
program andalan selama ini yaitu program perluasan area tanam dengan
mencetak sawah baru.
untuk mengatasi kelemahan
diatas sangat gampang, kita tinggal tanyakan ke pemerintah apakah mereka ingin
petani berjaya atau petani miskin.
jika ingin petani kaya dan
dapat memproduksi padi dengan biaya yang minimum sehingga dapat mengekspor
beras ke manca negara sehingga negara kita tidak hanya swasembada pangan namun
memberi makan penduduk dunia yang dapat menghasilkan devisa sehingga pengangguran
di negara kita tidak mati kelaparan atau batal gantung diri karena pemerintah
sanggup melaksanakan UUD 45 khususnya pasal 34 ayat 1 yang berbunyi "fakir
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara"
berikan modal kepada petani
sebagai modal awal untuk membangun wadah budidaya secara hidroponik. tanah kita
sangat luas berikan modal kepada pengangguran penganguran untuk membangun wadah
bidudaya hidroponik juga sehingga jumlah petani semakin banyak dan pekerja
semakin sedikit. dst
Ini baru wacana dan akan
kita coba lakukan percobaan dalam skala kecil dalam bentuk demplot.
ketika hal ini saya sampaikan
ke teman terdekat mereka rata rata mengatakan " mimpi sampeyan" atau
"bu ka lheuh? jak pajoh bu bu dile bek rubah inan" atau ada yang
lebih sadis " padum boh jalo kalheuh ka uet mangat sigo ka toh kapai
sengeh beungeh" saya tak akan terjemahkan bahasa planet ini. anda harus
yakin bahwa ada banyak kesuksesan di awali oleh sebuah mimpi. mudah-mudahan ini
akan jadi kenyataan dimasa yang akan datang. di negeri kita . mari kita bekerja
bersama sama. tidak penting siapa dulu yg memulai, siapa yang akan dapat hak
paten, siapa yang akan dikenang jadi pahlawan dan siapa yang duluan kaya dengan
sistem ini. yang penting petani berjaya. merdeka
Kamis, 28 Januari
2016
13 HST
pada minggu ke dua
setelah tanam ke gully, padi sudah menunjukkan adaptasi yang baik dari media
tanah beralih ke media air dan anakan padi sudah mengeluarkan akar akar baru.
kepekatan nutrisi sudah bisa ditingkatkan ke dosis 3 EC atau 2000 ppm untuk
mendukung tanaman agar kebutuhan nutrisi dalam masa perumbuhan vegetatif
terpenuhi dengan baik.
22 hst padi mulai memperbanyak anakan dan tumbuh dengan subur
mohon maaf, padi
hidroponik percobaan di serang penyakit Hawar Daun Bakteri, kemungkinan besar
akan gagal. daun padi menguning kemudian kering dan mati. beginilah penampakan
terakhir dari padi yang terserang penyakit hawar daun bakteri
walau diserang
penyakit dan kemungkinan akan gagal namun masih ada manfaatnya juga yaitu
didapat generasi padi yang tahan dan adaptif dengan teknik budidaya secara hidroponik,
jika ada tanaman padi yang selamat dan berhasil berproduksi.
selanjutnya akan
dicoba ulang dengan generasi padi yang baru tersebut atau varietas padi yang
lain, semoga pembaca dapat bersabar mengikuti proses ini.
BERSAMBUNG.......
No comments:
Post a Comment