SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.
Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerah‐daerah yang berada pada 100 LU sampai dengan 100 LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada pada daerah‐daerah antara 70 LU sampai dengan 180 LS. Hal ini tampaknya erat kaitannya dengandistribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun.
Curah Hujan
Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah‐daerah bercurah hujan 1.100 ‐ 3.000 mm per tahun.
Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah (black pods).
Didaerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per masih dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman perlu dipasok dengan air irigasi.
Ditinjau dari tipr iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada daerah‐daerah yang tipe iklimnya Am (menurut Koppen) atau B (menurut Scmid dan Fergusson). Di daerah‐daerah yang tipe iklimnya C (menurut Scmid dan Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan keringnya yang panjang.
Temperatur
Pengaruh temperatur pada kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari, dan kelembaban. Faktor‐faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penanaman tanaman pelindung, dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh pada pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.
Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 300‐320C (maksimum) dan 180‐210 (minimum). Temperatur yang lebih rendah dari 100 akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan segera gugur.
Sinar Matahari
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang di dalam pertumbuhannya mebutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek.
Kakao termasuk tanaman yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3‐30 persen cahaya matahari penuh atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih besar bila cahaya yang diterima lebih banyak.
Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.
Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki pH 6 ‐ 7,5; tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah.
Disamping faktor keasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0 ‐ 15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur.
Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak 1.990 kg per ha per tahun daun gliricida yang jatuh memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg per ha, fosfor 1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium 9,1 kg per ha. Kulit buah kakao sebagai zat organik sebanyak 900 kg per ha memberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg MoP, dan 8 kg kieserit. Sebaiknya tanah‐tanah yang hendak ditanami kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8 Me per 100 gram contoh tanah dan kalium sebesar 0,24 Me per 100 gram, pada kedalaman 0 ‐ 15 cm.
Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30 ‐ 40 % fraksi liat, 50% pasir, dan 10 ‐ 20 persen debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah tipe latosol dengan fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao.
Tanaman kakao menginginkan solum tanah menimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao.
Kedalaman efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu menciptakan kondisi yang menjadikan akar bebas untuk berkembang. Karena itu, kedalaman efektif berkaitan dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk itu kedalaman air tanah disyaratkan minimal 3 meter.
Kriteria tanah yang tepat bagi tanaman kakao
Areal penanaman tanaman kakao yang baik tanahnya mengandung fosfor antara 257 ‐ 550 ppm berbagai kedalaman (0 ‐ 127,5 cm), dengan persentase liat dari 10,8 ‐ 43,3 persen; kedalaman efektif 150 cm; tekstur (rata‐rata 0‐50 cm di atas) SC, CL, SiCL; kedalaman Gley dari permukaan tanah 150 cm; pH‐H2O (1:2,5) = 6 s/d 7; zat organik 4 persen; K.T.K rata‐rata 0‐50 cm di atas 24 Me/100 gram; kejenuhan basa rata‐rata 0 ‐ 50 cm di atas 50%.
Pembersihan Lahan dan Pengolahan Tanah
Pembersihan dilakukan dengan membersihkan semak belukar dan kayu‐kayu kecil sehingga memudahkan penebangan pohon. Semak belukar dan kayu‐kayu kecil sedapat mungkin ditebas/dibabat rata dengan permukaan tanah, kemudian baru kemudian dilanjutkan dengan tahap tebang/tumbang. Kriteria kayu atau tunggul yang tinggal sangat menentukan tahap tebang/tumbang ini karena menyangkut biaya, waktu dan keselamatan kerja. Alat yang diginakan umumnya adalah chain saw. Untuk menebang kayu yang berdiameter kecildapat digunakan kapak biasa. Setelah penebasan/babat dan tebang/tumbang, semak belukar, kayu‐kayu kecil dan batang dikumpulkan untuk dibakar. Pembakaran dilakukan bila kayu dan daun telah luruh, kering, dan rapuh, serta kulit kayu yang mengering. Pembakaran dilaksanakan sampai kayu dan daun menjadi abu. Areal yang telah bebas dari semak belukar, kayu‐kayu kecil, dan pohon besar, apalagi bila baru dibakar, biasanya cepat sekali menumbuhkan ilalang. Seperti diketahui ilalang merupkan gulma utama dari areal pertanian. Karena itu pengendaliannya harus dilakuka sesegera mungkin, sehingga sedapat mungkinareal telah bebas dari areal pada saat penanaman pohon pelindung. Pengendalian ilalang dapat dilakukan secara manual, kimiawi, maupun mekanis.
Pembersihan areal sering juga diakhiri dengan tahap pengolahan tanah. Pengolahan tanah umumnya dilaksanakan dengan cara mekanis khususnya pada areal yang dibuka untuk penanaman kakao cukup luas.
Pembibitan kakao
Pembibitan kakao di bagi dua cara, pertama dengan cara pembiakan secara generatif. pembiakan generatif adalah perbanyakan tanaman dengan cara menggunakan biji sebagai bahan tanam. kekurangan dengan cara ini adalah tidak bisa dijamin kemiripan sifat turunan dengan induknya. seringkali biji yg diambil dari buah unggul dan ditanam tidak dapat mengikuti sifat unggul dari induknya seratus persen. artinya ada penyimpangan sifat. hal ini wajar karena biji merupakan hasil dari perkwinan antar tanaman yg berlainan jenis dan sifat sehingga melahirkan genotif baru yg berbeda dengan induknya. keuntungan pembiakan dengan cara generatif adalah dapat memenuhi jumlah kebutuhan bibit dalam partai besar dan ukuuran yang seragam.
cara kedua adalah dengan cara pembiakan vegetatif, artinya bahan tanam yang digunakan adalah berasal dari organ tanaman induk sendiri. keuntungannya adalah dapat menjamin seratus persen kemiripan sifat turunan dengan induknya. seperti dengan cara cangkok, okulasi, sambung, kultur jaringan dan lain lain. memenuhi kebutuhan bibit dengan skla besar makan cara pembiakan kultur jaringan adalah pilihan yg tepat namun teknologi ini masih tergolong langka sehingga pengadaan bibit kultur jaringan dirasa masih mahal dan sukar untuk masyarakat awam.
Oleh karena itu cara yg paling mudah adalah dengan mengembangkan bibit yang berasal dari biji dan untuk menjamin kemurnian sifat unggul dari induknya biji tersebut di sambung dengan entres dari induk yang unggul. walaupun sedikit membutuhkan waktu namun cara ini lebih mudah diterapkan dikalangan masyarakat awam tanpa mengeluarkan biaya yang besar dengan teknologi yang sederhana.
langkah pertama, menyiapkan media semai dalam polibag
biji untuk disemai dapat diambil dari buah kakao secara sembarang, diusahakan dari buah yg bebas dari hama dan penyakit agar pertumbuhannya optimal dan menghasilkan batang dengan perakaran yang kuat terutama dipilih dari jenis kakao yang tahan dari serangan penyakit busuk akar.
selanjutnya tanaman dari biji ini disebut sebagai batang bawah. buah yang hendak dijadikan bibit hendaknya di cuci dan dikering anginkan selama dua hari dan diusahakan tidak menumpuk sehingga terjadi fermentasi sebab proses fermentasi dapat menurunkan daya kecambah bahkan dapat menggagalkan pengecambahan biji. selanjutnya biji dibungkus dengan kain basah atau goni basah agar cepat berkecambah. setelah berkecambah biji tersebut segera disemai ke dalam polibag yang telah disediakan. setelah bibit berumur 6 bulan setelah semai atau batangnya sudah sebesar pinsil maka sudah dapat dilakukan proses penyambungan atau okulasi.
biasanya setelah 3 minggu sambungan sudah berhasil dan sungkup palstik sudah dapat dibuka sementara ikatan pada sambungan baru akan dibuka jika sudah memperlihatkan batang terjerat dan genting.
setelah tanaman tersambung sempurna maka sudah dapat di tanam ke lapangan caranya seperti ini
Jarak Tanam Kakao
Jarak tanam ideal bagi tanaman kakao adalah jarak yang sesuai dengan perkembangan bagian atas tanaman serta cukup tersedianya ruang bagi perkembangan perakaran di dalam tanah. Dengan demikian pilihan jarak tanam erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan, sumber bahan tanam, dan kesuburan areal. Ditinjau dari segi produksinya, jarak tanam 3x3 m, 4x2 m, dan 3,5x2,5 m adalah sama, walaupun pertautan tajuk mebutuhkan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan jarak tanam 3x3 m. Karena itu, pilihan jarak tanam optimum bergantung pada bahan tanam dan kejagurannya (besarnya pohon), jenis tanah, dan iklim areal yang dikehendaki.
Di Filipina, kakao ditanam dengan jarak tanam 3x3 m dan jarak tanam pohon pelindung 1,5x1,5 m bilamana areal yang hendak ditanami merupakan areal terbuka sepenuhnya. Di Malaysia Barat, kakao ditanam berjarak 3,2x3,2 m diantara barisan tanaman kelapa berjarak 8,64x8,64 m. Sedangkan di kebun Maryke PT. Perkebunan II ‐ Medan, kakao ditanam dengan jarak 2,5x3,3 m dengan pohon pelindung berjarak 5x6 m.
Pola Tanam Kakao
Untuk mendapatkan areal tanaman kakao yang baik dianjurkan untuk menetapkan pola tanam terlebih dahulu. Pola tanam erat kaitannya dengan keoptumuman jumlah pohon per ha, keoptimuman peranan pohon pelindung, dan meminimumkan kerugian yang timbul pada nilai kesuburan tanah serta biaya pemeliharaan. Ada empat pola tanam yang dianjurkan, diantaranya adalah:
1. Pola tanam kakao segi empat, pohon pelindung segi empat. Pada pola tanam ini, seluruh areal ditanami menurut jarak tanam yang ditetapkan. Pohon pelindung berada tepat pada pertemuna diagonal empat pohon kakao.
2. Pola tanam kakao segi empat, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon pelindung terletak di antara dua gawangan dan dua barisan yang membentuk segi tiga sama sisi.
3. Pola tanam, kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon kakao dipisahkan oleh dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon kakao berikutnya. Dengan demikian, terdapat ruang di antara barisan kakao yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan untuk pemeliharaan.
4. Pola tanam kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi empat.
Pemeliharaan Tanaman Kakao
•Pemangkasan,
pemangkasan pohon pelindung tetap dilakukan agar dapat berfungsi untuk jangka waktu yang lama. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang – cabang yang tumbuh rendahan lemah. Pohon dipangkas sehingga cabang terendah akan berjarak lebih dari 1 m dari tajuk tanaman cokelat. Pemangkasan pada tanaman kakaomerupakan usaha meningkatkan produksi dan mempertahankan umur ekonomis tanaman. Dengan melakukan pemangkasan, akan mencegah serangan hama dan penyakit, membentuk tajuk pohon, memelihara tanaman, dan memacu produksi.
•Penyiangan,
tujuan penyiangan pada tanaman kakao adalah untuk mencegah persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara dan mencegah hama dan penyakit. Penyiangan harus dilakukan secara rutin, minimal satu bulan sekali yaitu dengan menggunakan cangkul, koret, atau dicabut dengan tangan.
•Pemupukan,
dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan. Pemupukan pada tanaman kakao yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15 cm – 50 cm (untuk umur 2 – 10 bulan) dan 50 cm – 75 cm (untuk umur 14 – 20 bulan) dari batang utama. Untuk tanaman yang telah menghasilkan, penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 cm – 75 cm dri batang utama. Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm.
• Penyiraman,
penyiraman tanaman kakao yang tumbuh dengan kondisi tanah yang baik dan berpohon pelindung, tidak perlu banyak memerlukan air. Air yang berlebihan menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat lembab. Penyiraman pohon kakao dilakukan pada tanaman muda, terutama tanaman yang tidak diberi pohon pelindung.
•Pemberantasan hama dan penyakit,
pemberantasan hama dilakukan dengan penyemprotan pestisida dalam dua tahap, pertama bertujuan untuk mencegah sebelum diketahui ada hama yang benar–benar menyerang. Kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Penyemprotan tahapan kedua adalah usaha pemberantasan hama, di mana jenis dan kadar pestisida yang digunakan juga ditingkatkan.
Panen dan Pasca Panen
a. Pemetikan buah
Buah yang sudah masak dipetik dengan menggunakan pisau atau gunting tanaman. Jumlah biji dalam buah antara 20-60 biji. Di Sulawesi Selatan, untuk mendapatkan 1 kg biji kakao kering (kadar air 8 – 7 %) diperlukan sekitar 25-35 buah kakao. Produksi tanaman ditentukan oleh tingkat kesuaian lahan
Tingkat kematangan buah dapat dilihat dari perubahan warna buah, yaitu jika alur buah sudah berwarna kuning, maka tingkat kematangannya adalah C, sedangkan jika alur dan punggung buah berubah kuning, tingkatannya B. Jika seluruh permukaan buah sudah berwarna kuning atau kuning tua, maka tingkat kematangannya adalah A dan A+. Pada umumnya petani sudah memanen buah kakao jika tingkat kematangannya sekurang-kurangnya B. Pemetikan buah pada umumnya dilakukan pagi hari. Buah-buah tersebut kemudian dikumpulkan di suatu tempat sambil menunggu untuk dipecahkan. Kegiatan tersebut dikenal dengan pemeraman buah.
b. Pemecahan buah
Buah yang sudah terkumpul kemudian dipecahkan dengan alat pemukul yang terbuat dari kayu. Buah tersebut dipukul pada bagian punggung dengan arah miring. Bila kulit telah terbagi dua, kulit bagian ujung dibuang dan tangan kanan menarik biji dari placenta. Biji kemudian ditempatkan di atas lembaran plastik atau di dalam keranjang bambu. Pada prinsipnya biji basah ini sudah dapat dijual langsung ke pasar. Namun demikian harga biji basah atau fermentasi tidak sempurna, rendah harganya.
c. Fermentasi
Fermentasi biji kakao dimaksudkan untuk mematikan lembaga biji kakao agar tidak dapat tumbuh dan untuk menimbulkan aroma yang khas coklat. Fermentasi dilakukan di dalam suatu wadah/kotak kayu dengan tebal tumpukkan biji tidak boleh lebih dari 42 cm. Fermentasi yang sempurna dilakukan dalam waktu 5 hari, dimana pada hari kedua harus dilakukan pengadukan/pembalikan. Sesudah itu biji dibiarkan dalam tempat fermentasi sampai hari kelima. Selama proses fermentasi, sebagian air yang terkandung dalam biji akan hilang dan aroma seperti asam cuka akan keluar dari tempat fermentasi. Biji yang sudah difermentasikan kemudian diangin-anginkan sebentar atau direndam dan dicuci sebelum dikeringkan.
d. Perendaman dan Pencucian
Perendaman mempunyai pengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao terlarut sehingga kulit bijinya lebih tipis dan rendemennya berkurang. Dengan demikian proses pengeringan menjadi lebih cepat.
Sesudah perendaman, dilakukan pencucian. Tujuan pencucian untuk mengurangi sisa-sisa pulp yang masih menempel pada biji dan mengurangi rasa asam pada biji. Bila kulit biji masih ada sisa-sisa pulp, biji mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur dan juga memperlambat proses pengeringan.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air biji dari 60 % sampai pada kondisi dimana kandungan air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak dapat ditumbuhi cendawan. Pengeringan yang terbaik adalah dengan sinar matahari. Untuk mengeringkan biji sampai pada kadar airnya mencapai 7 – 8 % diperlukan waktu 2 – 3 hari, tergantung dari kondisi cuaca. Jika cuaca tidak memungkinkan, pengeringan dapat dilakukan dengan alat pengering buatan.
No comments:
Post a Comment