Petani adalah pejuang yg menjadi ujung
tombak swasembada pangan khususnya untuk komoditas padi. Sebagai pejuang
ketahanan pangan negara, petani patut disejajarkan dengan para prajurit TNI. Prajurit
yang siap bertempur memproduksi padi untuk program swasembada. Coba bayangkan
kalau tidak ada petani kita mau makan apa? Mau import dari luar negeri bisa
jadi suatu saat harganya tinggi dan negara tidak sanggup membeli, mungkin kita
akan mati kelaparan. Negara pun barangkali akan hancur berantakan, bahkan
tentara tidak bisa berperang jika tidak makan.
Ketahanan pangan tidak kalah penting
dengan ketahanan negara makanya sekarang para tentara ikut membantu di sektor
pertanian menjadi pendamping petani bahu membahu bersama penyuluh pertanian. Pemerintah
telah banyak berbuat untuk terus mencari solusi agar usaha pertanian di
Indonesia terus bergerak maju. Walau usaha sudah maksimal dilakukan namun
produksi padi kadangkala menurun dan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
pemerintah terpaksa harus mengimpor juga beras dari negara lain.
Banyak hal yang menyebabkan produksi
padi naik turun, diantaranya serangan hama penyakit, perubahan iklim, sistem
irigasi yang belum memadai, teknologi yang masih langka, dan mahalnya biaya produksi.
Serangan hama penyakit dapat diatasi
dengan meningkatkan kinerja para penyuluh yang menjadi pendamping petani di
lapangan. Sistem irigasi juga harus segera dibenahi dengan membangun waduk-waduk
baru, dan berbagai teknologi alat mesin pertanian juga perlu ditingkatkan
dengan distribusi yang merata ke setiap kelompok tani sehingga diharapkan dapat
menekan biaya produksi.
Kata kunci permasalahan dalam produksi
padi sebenarnya ada pada biaya. Jika biaya produksi meningkat dan tidak
disertai dengan peningkatan hasil maka otomatis keuntungan akan semakin kecil,
efeknya petani tidak bergairah dalam
bercocok tanam. Jika harga padi naik maka sebaliknya yang menjadi khawatir
adalah konsumen, konsumen dengan daya beli yang rendah karena masih berada di
bawah garis kemiskinan yang senantiasa harus membeli beras untuk kebutuhan
pokok keluarga mereka.
Ibarat buah simalakama, harga beras
naik petani untung sementara konsumen mengeluh sebaliknya harga beras turun
konsumen aman sementara petani terkapar. Salah satu cara yang dapat ditempuh
pemerintah adalah dengan menekan biaya produksi sekecil mungkin sehingga walau
harga padi tidak naik petani masih dapat menikmati hasil jerih payahnya dan
konsumen tidak gelisah.
Selama ini yang telah dilakukan
pemerintah untuk menekan biaya produksi adalah dengan membagikan pupuk kepada
petani dan subsidi pupuk terutama pupuk urea dan NPK. Harus diakui bahwa petani
sangat terbantu.ibarat kita sedang menempuh perjalanan di padang pasir yang
luas dan kehausan tiba-tiba datang seseorang memberikan segelas air putih
sungguh kita sangat bersyukur walau sebenarnya air segelas itu tidak sepenuhnya
bisa menghilangkan dahaga.
Dalam kondisi seperti inilah sistem
ijon berjaya di beberapa daerah, dimana padi dijual sebelum tanaman panen
dengan harga sangat rendah yang sudah jelas merugikan petani. Selain ijon juga
bermunculan para tengkulak memanfaatkan situasi dengan membiayai ongkos
produksi, sebagai imbalannya petani harus menjual padi kepada tengkulak dengan
harga yang ditentukan sepihak yang jelas tidak menguntungkan petani bahkan
tidak jarang ada petani yang harus “nombok” karena terlilit hutang akibat dari
gagal panen. bahkan pernah terjadi, petani sampai bunuh diri karena tidak
saggup membayar hutang kepada tengkulak.
Permasalahan lainnya adalah kontribusi
dari teknologi alat mesin pertanian. Teknologi bajak sawah, teknologi potong
padi serta teknologi perontok bahkan sekarang teknologi potong padi digabung
dengan perontok padi dan entah apalagi teknologi yang akan muncul kedepan tidak
secara signifikan menekan biaya produksi melainkan hanya mempercepat proses
produksi dan mengambil alih fungsi tenaga kerja manusia. Di beberapa daerah
teknologi sulit diterapkan karena ditolak oleh masyarakat terutama masyarakat
yang mengambil peran sebagai tenaga kerja dalam usahatani padi.
Teknologi ala mesin pertaniantan
barangkali tepat diterapkan kepada petani kaya yang memiliki lahan yang luas
sehingga untuk menekan biaya tenaga kerja diperlukan tenaga mesin berteknologi.
Di indonesia petani rata-rata tidak memiliki lahan, mereka adalah buruh tani,
petani gurem yang memiliki lahan sedikit atau harus membayar sewa kepada
pemilik lahan walaupun gagal panen. Penerapan teknologi alat mesin pertanian
dalam proses produksi tidak memberikan kontribusi terhadap keuntungan usahatani
mereka, sebaliknya justru akan meningkatkan biaya produksi dimana fungsi mesin
seharusnya masih dapat dilakukan dengan tenaga petani itu sendiri.
Fenomena mekanisasi ini ironis, petani
sudah manja menggunakan mesin untuk mempercepat proses produksi kemudian
setelah proses produksi selesai petani duduk santai di warung kopi tidak bekerja menunggu masa tanam berikutnya.
Modernisasi Budidaya Padi
Modernisasi adalah proses perubahan dari cara cara tradisional ke cara cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Jika teknologi yang ada sekarang berupa mesin pertanian tidak membawa peningkatan terhadap kwalitas hidup petani maka teknologi tersebut belum bisa disebut modern. Berarti sebaliknya apabila teknologi yang digunakan sederhana saja namun memberikan kontribusi besar bagi keuntungan petani dalam usahatani merekalah yang lebih tepat disebut sebagai modern. Petani modern adalah petani yang selalu berupaya dengan tenaga dan fikirannya serta berbagai inovasi yang ada untuk mencapai produksi pertanian tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya namun mampu menjadi lahan pertaniannya sebagai lahan bisnis mereka yang lebih maju.
Modernisasi adalah proses perubahan dari cara cara tradisional ke cara cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Jika teknologi yang ada sekarang berupa mesin pertanian tidak membawa peningkatan terhadap kwalitas hidup petani maka teknologi tersebut belum bisa disebut modern. Berarti sebaliknya apabila teknologi yang digunakan sederhana saja namun memberikan kontribusi besar bagi keuntungan petani dalam usahatani merekalah yang lebih tepat disebut sebagai modern. Petani modern adalah petani yang selalu berupaya dengan tenaga dan fikirannya serta berbagai inovasi yang ada untuk mencapai produksi pertanian tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya namun mampu menjadi lahan pertaniannya sebagai lahan bisnis mereka yang lebih maju.
Sebagaimana yang telah dibahas diatas,
keuntungan yang besar sangat terkait dengan biaya produksi yang sekecil-kecilnya
atau biaya produksi yang besar akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar
lagi. Teknologi yang memenuhi kriteria modern adalah teknologi yang mampu
menekan biaya sekecil mungkin sehingga mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya
walau berapapun harga jual dari produk pertanian tersebut.
Salah satu solusi cerdas yang paling
dapat menekan biaya produksi budidaya padi adalah sistem budidaya secara
hidroponik. Mungkin kedengaran aneh karena kita masih jarang melihat orang
Indonesia menanam padi dengan media hidroponik namun tidak dengan beberapa
negara lain seperti Inggris sudah melaksanakan teknik hidroponik sejak lama
bahkan sudah booming disana sejak tahun 1973, memproduksi selada secara besar-besaran
untuk dieksport ke negara-negara di Eropa. Bahkan Jepang sudah sangat canggih,
menanam sistem hidroponik dengan rak bersusun dalam green house, bahkan padi
ditanam di dalam ruangan menggunakan bantuan cahaya dari lampu growlight.
Teknik budidaya tanaman dengan sistim
hidroponik tidak menggunakan media tanah, hanya menggunakan air yang telah diberi
nutrisi dan diukur konsentrasinya dengan alat digital sederhana seharga tidak
lebih dari 200 ribuan rupiah. Untuk budidaya padi membutuhkan air dengan
nutrisi 1500 -2000 ppm(satu tetes nutrisi per sejuta tetes air) atau 3 – 3,5
EC.
Wadahnya bisa dibuat dari bahan plastik
seperti pipa PVC minimal 3 inci atau untuk lebih hemat gunakan botol air mineral
bekas ukuran 1,5 liter yang disambung dan diletakkan lanskap/rebah pada rak
yang sedikit miring agar air mengalir dan tidak tumpah. Berikan lubang sebesar
mulut netpot yang terbuat dari gelas air mineral bekas yang telah diberi lubang
lubang kecil di bagian bawah untuk keluar akar padi. Pipa PVC atau rangkaian
botol air mineral bekas yang disusun secara kontinu membentuk usus berawal dari
tandon penyimpanan nutrisi dan kembali lagi ke tandon. Fungsi pipa PVC atau
botol air mineral bekas adalah sebagai tempat mengalirnya air nutrisi dimana
tanaman padi tumbuh. Tanaman padi ditanam didalam netpot yang telah diberi
lubang dibawahnya dan menggunakan media arang sekam yang dapat diperoleh di
kilang padi terdekat. Air nutrisi dipompa dengan menggunakan pompa aquarium
sebesar 40 watt saja dan menggunakan timer seharga 200 ribuan rupiah saja
sehingga air hanya mengalir 15 menit setiap 2 jam pada siang hari atau total hanya
2 jam sehari mengosumsi listrik sebesar 40 watt.
Keuntungan budidaya padi dengan sistem hidroponik
adalah menghapus biaya sebagai berikut, pertama,
Biaya pengolahan tanah, karena tidak menggunakan media tanah. Kedua, Biaya penanaman, benih sudah
langsung disemai ke netpot. Ketiga, Biaya
pemupukan, hanya menggunakan nutrisi dengan dosis sangat rendah dalam ukuran
ppm. Keempat, Biaya penyiangan, tidak
diperlukan karena tidak tumbuh gulma. Kelima,
Biaya pemotongan, pengangkutan dan mesin perontok, karena tinggal ambil saja
netpotnya sekalian dan dirontokkan seperlunya dan bisa diteruskan lagi esok
hari tanpa harus menggunakan mesin perontok hanya dihempas pada sebuah batu
dalam tikar.
Keenam,
dengan sistim hidroponik, padi bisa ditanam 4 – 5 kali
setahun nonstop karena masa pembibitan terpisah dengan masa pembesaran. Jika
umur padi 120 hari maka masa padi hidup di pipa cuma 75-90 hari saja. Hari ini
panen maka pada hari ini juga bibit padi yang sudah siap bisa langsung mengisi
pipa yang sudah kosong.
Ketujuh,
masyarakat yang berprofesi non petani seperti pegawai, pedagang, dokter, polisi
tentara, nelayan dan kelompok profesi lainnya, dapat menanam padi karena dengan
sistim hidroponik tidak menyita waktu yang banyak, penyemaian dan penanaman
dapat dilakukan di malam hari secara bertahap, pemupukan, dan lain lain serta
pengairan dengan menggunakan pengatur waktu digital.
Selain itu budidaya secara hidroponik
tidak terpengaruh dengan iklim, tidak kenal musim kemarau karena sangat hemat
air. Aman dari hama keong dan hama tikus.
Kekurangan sistim hidroponik pada
tanaman padi adalah biaya awal perakitan pipa PVC yang relatif besar sehingga
petani kecil tidak mampu melaksanakannya kecuali petani memakai alternatif
menggunakan wadah dari botol air mineral bekas dan jika petani menanam 1 Ha
dengan jumlah tanaman 200.000 rumpun maka sulit menyediakan botol air mineral
sebanyak 200.000 botol.
Namun demikian, solusi mesti ada,
seperti kata bijak, jika ada kemauan pasti ada jalan. Sistim hidroponik ini
tidak dianjurkan dilaksanakan di lahan
sawah namun dilahan tidur yang tidak produktif, diatas kolam budidaya ikan,
atap rumah dan toko, dll. Dengan sistim budidaya padi secara hidroponik ini,
masyarakat yang memiliki modal besar dapat ambil bagian ikut seerta memproduksi
padi untuk menyukseskan program swasembada. Bahkan Masyarakat yang tidak punya
modal tapi ingin ambil bagian memproduksi padi secara hidroponik sangat
dimungkinkan dengan peran pemerintah yang masuk disini untuk membantu modal
baik itu dalam bentuk pinjaman atau dalam bentuk hibah.
Modal awal memang besar namun itu hanya
sekali saja selanjutnya bisa anda bayangkan 4 kali panen nyaris tanpa biaya
lagi kecuali nutrisi hidroponik yang bisa dengan mudah didapat di setiap Kabupaten
di Aceh dengan biaya yang sama jika menggunakan pupuk anorganik seperti pada
budidaya padi di lahan sawah.
Jika semua orang dan tidak hanya petani
sudah dimungkinkan untuk menanam padi melalui teknologi budidaya padi secara
hidroponik, insyaAllah swasembada beras akan mudah dicapai bahkan bisa surplus
dan bisa di eksport ke luar negeri. Semoga terlaksana.
No comments:
Post a Comment